SEPATAH KATA DARI AL-HALLAJ

Husain Ibn Mansur biasa disapa Al-Hallaj Lahir Thur Iran Utara 26 Maret 866
Sesungguhnya Allah Ta’ala, Maha Pemberi Berkah dan Maha Luhur, serta Maha
Terpuji, adalah Dzat Yang Esa, Berdiri dengan DiriNya Sendiri, Sendiri dari yang
lain dengan Sifat QidamNya, tersendiri dari yang lainNya dengan KetuhananNya,
tidak dicampuri oleh apa pun dan tidak didampingi apa pun, tidak diliputi
tempat, tidak pula di temukan waktu, tidak mampu difikirkan dan tidak bisa
tercetus dalam imajinasi, tidak pula bisa dilihat pandangan, tidak bisa darusi
kesenjangan.
Tuhanku, Engkau tahu kelemahanku jauh dari rasa bersyukur kepadaMu, karena
itu bersykurlah pada DiriMu bukan dariku, karena itulah sesungguhnya Sukur,
bukan yang lain.
Aku adalah Dia yang kucinta dan
Dia yang kucinta adalah aku
Kami adalah dua jiwa yang bertempat dalam satu tubuh.
Jika engkau lihat aku, engkau lihat Dia,
dan jika engkau lihat Dia, engkau lihat aku

Siapa yang mengandalkan amalnya ia akan tertutupi dari yang menerima amal.
Siapa yang mengandalkan Allah yang menerima amal, maka ia akan tertutupi dari
amal.
Maha suci zat yang sifat kemanusiaan-Nya,
membukakan rahasia cahaya ketuhanan-Nya yang gemilang.
Kemudian kelihatan baginya mahluk-Nya,
dengan nyata dalam bentuk manusia yang makan dan minum

Jiwa-Mu disatukan dengan jiwaku,
sebagaimana anggur disatukan dengan air murni.
Jika sesuatu menyentuh Engkau,
ia meyentuhku pula,
dan ketika itu dalam tiap hal Engkau adalah aku.

Aku adalah rahasia Yang Maha Benar,
dan bukanlah Yang Maha Benar itu aku
Aku hanya satu dari yang benar, maka bedakanlah antara kami.
Di dalam kemuliaan tiada aku,
atau Engkau atau kita,

Sebelumnya tidak mendahului-Nya, setelah
tidak menyela-Nya, daripada tidak
bersaing dengan Dia dalam hal
keterdahuluan, dari tidak sesuai dengan Dia,
ketidak menyatu dengan dia, Dia tidak mendiami Dia,
kala tidak menghentikan Dia, jika tidak berunding dengan Dia,
atas tidak membayangi Dia,dibawah tidak menyangga Dia, sebaliknya tidak menghadapi-Nya, dengan tidak menekan Dia, dibalik tidak mengikat Dia,
didepan tidak membatasi Dia, terdahulu tidak memameri Dia,
dibelakang tidak membuat Dia luruh, semua tidak menyatukan Dia,
ada tidak memunculkan Dia, tidak ada tidak membuat Dia lenyap, penyembunyian
tidak menyelubungi Dia, pra-eksistensi-Nya mendahului waktu, adanya Dia
mendahului yang belum ada, kekalahan-Nya mendahului adanya batas.
Asma-asma Allah Ta’ala dari segi pemahaman adalah Nama ansich, tapi dari
segi kebenaran adalah hakikat.
Bisikan Allah adalah bisikan yang sama sekali tidak mengandung kontra.
Suatu ketika Al-Hallaj ditanya tentang al-Murid, “Ia adalah orang yang
dilemparkan menuju kepada Allah, dan tidak akan berhenti naik sampai ketika ia
sampai.”
Sama sekali tidak diperbolehkan orang yang mengenal Allah Yang Maha Tunggal
atau mengingat Yang Maha Tunggal, lalu ia mengatakan, “Aku mengenal Al-Ahad”
padahal ia masih melihat individu-individu lainnya.
Siapa yang dimabukkan oleh cahaya-cahaya Tauhid, ia akan tertupi dari
ungkapan-ungkapan Tajrid (menyendiri bersama Allah). Bahkan, siapa yang
dimabukkan oleh cahaya-cayaha Tajrid, ia akan bicara dengan hakikat Tauhid,
karenakemabukan itulah yang bicara dengan segala hal yang tersembunyi.
Siapa yang menempuh kebenaran dengan cahaya Iman, maka ia seperti pencari
matahari dengan cahaya bintang gemintang.
Ketika Allah mewujudkan jasad tanpa sebab, demikian pula Allah mewujudkan
sifat jasad itu tanpa sebab, sebagaimana hamba tidak memiliki asal usul
pekerjaannya, maka, hamba itu pun tidak memiliki pekerjaannya.
Ketika ditanya tentang Tauhid,ia menjawab, “Memisahkan yang baru dengan Yang
Maha Dahulu, lalu berpaling dari yang baru dan menghadap kepada Yang Maha
Dahulu, dan itulah hamparan Tauhid.







0 comments:

Posting Komentar

News Prabuwanayasa. Diberdayakan oleh Blogger.